Tugas Pembelajaran Anak bukan Kewajiban Orangtua untuk Mengerjakan

 

sumber gambar: https://id.theasianparent.com/


Gimana nih kabarnya hari ini?


Ohh iya, ngomong-ngomong siapa nih yang berprofesi sebagai guru di Taman Kanak-Kanak (TK) atau awal Sekolah Dasar (SD)? Atau malah kalian adalah orangtua yang memiliki anak-anak seusia tersebut? Wahhh, pasti agak kesulitan ya mengenalkan huruf di tengah pandemi seperti ini.


Disamping para guru kesulitan mencari inspirasi untuk pembelajaran jarak jauh, para orangtua juga kesulitan mengajari anak-anak mereka. Beberapa orangtua mengeluhkannya seperti ini “Sekolah dari rumah, anak-anak tidak mau mengerjakan tugas, apalagi belajar”. Waduhhh kok bisa demikian ya?


Bagi kalian para orangtua janganlah takut kalau anak-anak kalian mendapatkan nilai jelek, jangan khawatir deh. Takutlah kalau anak-anak kalian tidak bisa menulis, berhitung, dan mengikuti pelajaran lainnya. Ingin tau alasannya?


Okey deh. Kalau kalian masih takut jika nilai anak-anak kalian hanya akan menyebabkan orangtuanya yang mengerjakan tugasnya. Hayooo jangan-jangan kalian juga seperti itu ya? STOP! Hentikan kebiasaan buruk tersebut atau anak-anak kalian hanya akan berbangga dengan nilai yang bukan hasil jerih payahnya.


Mereka juga akan bersantai-santai ria tanpa merasa ada tugas yang harus diselesaikannya. Mungkin dalam hati mereka bergumam “ada mama yang akan mengerjakan tugas belajarku”. Efek yang paling menonjol dari kondisi demikian adalah ketika kondisi kehidupan sudah normal kembali. Sekolah sudah dilaksanakan di kelas-kelas dengan langsung bertatap muka dengan guru.


Saat itulah, betapa kagetnya ternyata anak-anak belum bisa menulis, bahkan membaca pun tidak. Lantas selama ini siapa yang mengikuti pembelajaran online? Betapa kagetnya seorang guru setelah mengetahui bahwa mereka selama ini mengajari orangtua.


Orangtua yang seharusnya menjadi pengganti guru sebagai pendidik malah menjadi peserta didik sekolah online. Ayooolah hilangkan kebiasaan buruk seperti di atas. Jangan khawatir anak-anak mendapat nilai jelek.


Sadarilah bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang tidak dapat dijalankan secara instan. Setahap demi setahap anak-anak akan memahami ilmu pengetahuan jika masih mau belajar. Namun jika yang belajar adalah orangtuanya, tunggulah mereka lebih suka menikmati hasilnya.


Proses bukan hanya sekedar di sekolahan, lebih dari itu proses adalah kehidupan. Dalam hidup ini semua yang kita lalui merupakan proses bukan semata-mata hasil. Oleh karena itu ajarkanlah kepada anak-anak untuk mencintai proses bukan hasil.


Dalam kondisi pendidikan sekarang ini, komunikasi antara orangtua dengan guru sangat penting. Bukan hanya sekedar penyampai tugas sedangkan orangtua menerima tugas tersebut untuk diteruskan kepada anak-anak mereka. Sama sekali bukan.


Komunikasi untuk memantau perkembangan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari itulah yang penting. Percayalah, pendidikan bukan hanya apa yang tertulis di dalam kertas-kertas, yang ujung-ujungnya di jual loakan. Tetapi pendidikan adalah tertanam dalam kehidupan, seperti bagaimana anak-anak berperilaku.


Anak-anak beribadah sesuai agama masing-masing tentunya. Mereka membantu orangtua dirumah entah nyapu, ngepel, memasak, mencuci, dan lainnya. Dari hal yang sederhana itulah, seorang guru dapat menggali informasi sedetail mungkin yang dapat digunakan sebagai bahan penilaian.


Dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan guru, yakinlah anak-anak akan tumbuh berkembang. Mereka akan selalu mau berproses menjadi apapun yang mereka cita-citakan. Mereka akan mudah mengarungi kehidupan yang semakin sengit persaingannya ini.


Pikirkan ulang atau tidak sama sekali!!!

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama